JAKARTA, KOMPAS.com - Mata uang Asia tahun ini berada dalam kondisi terburuk sejak krisis keuangan global yang terjadi sejak 2008. Banyaknya investor yang kabur dari negara berkembang membuat nilai tukar mata uang di Asia merosot dalam.
Salah satu penyebab kaburnya investor asing itu adalah, adanya pemangkasan stimulus yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve. Mata uang yang turun paling dalam di Asia adalah rupiah, yang mencatat pelemahan terdalam sejak sejak tahun 2000.
Setelah rupiah, menyusul rupee, mata uang India yang melemah untuk tahun ketiga. Setelah itu pelemahan juga menerpa mata uang bath Thailand, yang tumbang ke level terendah sejak 2010 akibat kekhawatiran current account dan peningkatan risiko politik.
Sementara itu, mata uang yuan China naik ke level tertinggi dalam 20 tahun seiring dengan pada optimisme pemerintah meningkatkan upaya meningkatkan konvertibilitas mata uangnya. Sedangkan mata won Korea Selatan menguat untuk tahun kedua .
"Kami melihat mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS tahun depan, karena faktor fundamental AS yang membaik dan membaiknya data-data ekonominya, " kata Irene Cheung, ahli strategi valuta asing Australia & New Zealand Banking Group Ltd kepada Bloomberg di Singapura.
Menurutnya, sulit bagi Indonesia dan Thailand untuk memperkuat mata uangnya, sebab kedua negara akan menyelenggarakan pemilu di tahun 2014. Rupiah tahun 2013 melemah 21 persen menjadi Rp 12.180 per dollar AS, sedangkan rupee turun 11persen menjadi 61,8363 per dollar AS, sedangkan baht turun 6,8 persen menjadi 32,82 per dollar AS.
Sementara itu, ringgit Malaysia juga turun 6,8 persen menjadi 3,2825 per dollar AS. Sedangkan peso Filipina turun 7,5 persen, penurunan terburuk sejak 2008. (Asnil Bambani Amri)
ANALISIS :
Ini seharusnya menjadi bahan utama intuk dibicarakan di rapat-rapat negara, bagaimana rupiah harus naik di mata dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar